PEREKONOMIAN INDONESIA (PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT DAN PENGELUARAN PEMERINTAH)
BAB X
PENGELUARAN
KONSUMSI MASYARAKAT DAN PENGELUARAN PEMERINTAH
Pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur ekonomi dalam 30
tahun terakhir atau lebih di Indonesia telah dan sudah menghasilkan
pertumbuhan dan perubahan ring Ekonomi-ekonomi skala besar urbanisasi.
Perubahan urbanisasi skala besar menyerupai ini tidak Istimewa untuk
terjadi di Indonesia, hal ini adalah fenomena global. sebagai pembangunan
ekonomi atau pertumbuhan terus berlanjut, masyarakat di kawasan pedesaan akan
terus tiba ke daerah-daerah perkotaan atau kota-kota besar. Disertakan bersama
adanya pertumbuhan ekonomi tersebut, maka membawa dampak yang baik
terutama dalam hal kemiskinan, masyarakat sebagian besar higienis dari
kemiskinan.kota Metropolitan menyerupai Jakarta sanggup menunjukkan iming-iming
pekerjaan yang lebih baik, pendidikan, perawatan kesehatan, dan mereka
berkontribusi terhadap penduduk yang menganggur untuk di sediakan
lapangan pekerjaan.
Bahwa tingkat penghasilan masyarakat perkotaan dengan masyarakat
pedesaan sangat jauh tidak serupa, serta demikian dilihat dari penghasilan per
kapita jauh lebih tinggi masyarakat perkotaan di bandingkan dengan masyarakat
pedesaan, maka secara otomatis pengeluaran konsumsi masyarakat desa
dan masyarakat kota juga akan tidak serupa. Sedangkan untuk
pendapatan kawasan antara desa, kabupaten, profinsi bahkan jenjang yang lebih
atas juga memiliki jumlah nominal masing-masing pada setiap daerah.
1.
PENGELUARAN KONSUMSI MASYARAKAT
Pengeluaran Konsumsi masyarakat merupakan salah satu variabel
makroekonomi dalam identitas pendapatan nasional menurut pendekatan
pengeluaran, variabel ini lazim dilambangkan dengan dengan hurup C
(Consumption). Pengeluran konsumsi seseorang adalah bagian dari pendapatannya
yang dibelanjakan. Bagian dari pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut
tabungan lazim dilambangkan dengan hurup S (Saving). Apabila
pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan,
maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan.
Dilain pihak jika tabungan semua orang dalam suatu negara dijumlahkan hasilnya
adalah tabungan masyarakat negara tersebut.
Selanjutnya, tabungan masyarakat bersama-sama dengan tabungan pemerintah
membentuk tabungan nasional. Dan tabungan nasional merupakan sumber dana
investasi. Konsumsi seseorang berbanding lurus dengan pendapatannya. Secara
makroagregat pengeluaran konsumsi masyarakat berbanding lurus dengan pendapatan
nasional. Semakin besar pendapatan, makin besar pula pengeluaran konsumsi.
Perilaku tabungan juga begitu. Jadi bila pendapatan bertambah, baik konsumsi
maupun tabungan akan sama-sama bertambah. Perbandingan besarnya tambahan
pengeluaran konsumsi terhadap tambahan pendapatan disebut hasrat marjinal untuk
berkonsumsi (Marginal Propensity to Consume, MPC).
Sedangkan nisbah besarnya tambahan pengeluaran konsumsi terhadap
tambahan pendapatan disebut hasrat marjinal untuk menabung (Marginal Propensity
to Save, MPS). Pada masyarakat yang kehidupan ekonominya relatif belum mapan,
biasanya angka MPC mereka relatif besar, sementara angka MPS mereka relatif
kecil. Artinya jika mereka memperoleh tambahan pendapatan maka sebagian besar
tambahan pendapatannya itu akan teralokasikan untuk konsumsi. Hal sebaliknya
berlaku pada masyarakat yang kehidupan ekonominya sudah relatif lebih mapan. Perbedaan
antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan antara negara maju dan
negara berkembang bukan hanya terletak dalam atau dicerminkan oleh perbandingan
relatif besar kecilnya MPC dan MPS, akan tetapi juga dalam pola konsumsi itu
sendiri. Pola konsumsi masyarakat yang belum mapan biasanya lebih didominasi
oleh konsumsi kebutuhan-kebutuhan pokok atau primer. Sedangkan pengeluaran
konsumsi masyarakat yang sudah mapan cenderung lebih banyak teralokasikan ke
kebutuhan sekunder atau bahkan tersier.
A.
PERILAKU KONSUMSI MASYARAKAT
·Beberapa pandangan jago mengenai sikap konsumen antara
lain :
yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dan Kanuk Istilah sikap konsumen diartikan sebagai sikap yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa 1994)
yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dan Kanuk Istilah sikap konsumen diartikan sebagai sikap yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa 1994)
·Perilaku konsumen yaitu tindakan yang pribadi terlibat
dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dam menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses
keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini. (Engel, Blackweel, dan
Miniard; 1993)
·Perilaku konsumen yaitu proses pengambilan
keputusan dan acara fisik dalam mengevaluasi, memperoleh, memakai
dan menghabiskan barang atau jasa. (Loudon dan Della-Bitta; 1984)
·Perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam
merencanakan, membeli, dan memakai barang-barang ekonomi dan jasa, disebut
sikap konsumen. (Winardi,1991)
·Perilaku yang dikaitkan dengan preferences dan possibilities
yaitu sikap konsumen. (Deaton dan Muellbawer, 1986)
·Perilaku konsumen yaitu pengkajian dari sikap insan
sehari-hari (Mullen dan Johnson, 1990)
Dari beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan yaitu perilaku
konsumen di semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong
tindakan tersebut pada ketika sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan,
menghabiskan produk dan jasa sesudah dan sudah melaksanakan hal-hal di atas
atau kegiatan mengevaluasi.
Penurunan proporsi pengeluaran konsumsi masyarakat dalam membentuk
permintaan agregat menyiratkan dua hal. Pertama, tugas tabungan masyarakat
terahdap pendapatan nasional semakin besar. Kedua, tugas sector-sektor
pemanfaatan lain dalam membentuk permintaan agregat semakin besar, khususnya
sector pembentukan modal atau investasi dan sector ekspor-impor.
Dalam perekonomian ada beberapa pendekatan yang mempelajari sikap
konsumen, antara lain pendekatan tradisional dan pendekatan modern. Penjelasan
masingmasing sebagai berikut :
·
Pendekatan Tradisional
Menurut pendekatan
ini, setiap barang memiliki dayaguna atau utilitas, oleh alasannya yaitu barang
tersebut niscaya memiliki kemampuan untuk menyajikan kepuasan kepada konsumen
yang memakai barang tersebut. Makara bila orang meminta suatu jenis barang,
intinya yang diminta yaitu dayaguna barang tersebut.
·
Pendekatan Modern
Pendekatan ini
memakai analisa regresi yang secara mudah digunakan untuk memperkirakan
permintaan
2.
PENGELUARAN PEMERINTAH
Pengeluaran
pemerintah Indonesia secara garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin
dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin intinya berunsurkan pos-pos
pengeluaran lancar dan pos pengeluaran kapital. Sedangkan pengeluaran
pembangunan yaitu pengeluaran yang sifatnya menambah modal masyarakat dalam
bentuk prasarana fisik
A.
Intervensi (campur tangan) dan fungsi ekonomi
pemerintah
Dalam perekonomian modern, peranan pemerintah
sanggup dipilah dan ditelaah menjadi empat macam kelompok peran, yaitu :
a)
Peran Alokasi Pemerintah
Setiap orang atau
masyarakat selalu memiliki prefensi tertentu terhadap barang-barang atau jasa
yang ingin dikonsumsi atau hendak diproduksinya. Barang ekonomi berdasarkan
perutukannya, sanggup dibedakan menjadi barang pribadi dan barang sosial.
Barang pribadi yaitu barang yang sanggup dimiliki atau dinikmati secara
pribadi, oleh perorangan atau sekelompok orang, memiliki harga yang terperinci
dan diperoleh melalui proses transaksi jual-beli. Barang sosial yaitu barang
yang mengandung sifat-sifat sebaliknya, tidak sanggup dimiliki oleh pribadi dan
tidak dinikmati secara pribadi. Contoh lengkap barang atau jasa sosial
contohnya yaitu jalan umum, jembatan, pertahanan, dan keamanan negeri.
Barang-barang semacam ini tidak unik dan menarik bagi masyarakat atau kalangan
swasta untuk memproduksi atau menyediakannya alasannya yaitu tidak bisa dijual
dan biaya awal yang cukup tinggi. Pemerintah harus turun tangan sendiri
untuk menyediakan barang atau jasa sosial. Biasanya ditangani oleh instansi
teknis pemerintah menyerupai departemen atau forum nondepartemen atau melalui
perusahaan negara. Atau pengadaannya dipercayakan kepada perusahaan swasta,
namun biasanya pemerintah harus memberi subsidi untuk itu. Barang-barang
tadi begitu tersedia, pada umumnya sanggup dinikmati oleh setiap orang
secara Cuma-Cuma tanpa harus membayar. Pemerintah sendiri sebagai pemasok tidak
sanggup menjualnya, Istimewa untuk bisa mengambil retribusi atau iuran kepada
yang memakai atau menikmati.
Akibat sampingan (side
effects) dalam kegiatan ekonomi yang dimaksud sanggup bersifat positif,
sehingga turut dinikmati oleh masyarakat yang tidak terlibat dalam
pengadaannya. Atau bersifat negatif, sehingga secara tidak sengaja terpaksa
harus ditanggung oleh masyarakat. Akibat-akibat sampingan (dampak positif
dan dampak negatif) demikian dikenal dengan istilah eksternalitas.
b)
Peran Distribusi Pemerintah
Pemilikan sumber
daya dan peluang ekonomi di setiap negeri seringnya tidak setara. Tanpa
kesenjan cubo cubo “anugrah awal” pun (initial endowment, maksudnya kesenjan
cubo cubo kepemilikan sumber daya dan peluang) ketimpangan penikmatan atau
pinjaman dan dukungan hasil sanggup terjadi. Oleh karena itu, ketidakmerataan
dalam bentuk apapun, haruslah dikurangi atau ditiadakan. Kepemilikan
sumber daya dan peluang ekonomi akan cenderung mengkosentrasikan kekuatan atau
kekuasaan ekonomi di tangan pihak tertentu (lapisan masyarakat, wilayah,
sektor) tertentu.
Ketidakseimbangan
daya tawar sanggup melemahkan pasar. Permintaan bisa merosot tanggapan
ketidakmampuan kalangan kosumen menjangkau harga anjuran yang
dilambungkan oleh kalangan produsen. Pada gilirannya perekonomian secara
makro turut terimbas dampaknya. Dalam perspektif nonekonomi, ketidakmerataan
ekonomi potensial menimbulkan keresahan sosial.
Peran distribusi
pemerintah sanggup ditempuh dengan baik melalui jalur penerimaan maupun jalur
pengeluarannya. Di sisi penerimaan pemerintah mengenakan pajak dan mengambil
sumber-sumber pendapatan lainnya untuk kemudian didistribusikan secara
adil-proporsional. disertakan bersama pola serupa pemerintah membelanjakan
pengeluarannya.
c)
Peran Stabilitas pemerintah
Tidak berdayanya
pihak swasta mengatasi sejumlah problem yang timbul, bahkan adakala tidak bisa
menuntaskan problem mereka sendiri. Masalah yang secara objektif kalangan
swasta tidak berdaya mengatasi contohnya yaitu kalau perekonomian negeri
dilanda inflasi, resesi, atau serbuan barang-barang impor. Sedangkan pola
objektif dimana pihak swasta tidak bisa menuntaskan problem mereka sendiri
contohnya dalam kasus tingginya tingkat suku bunga perbankan, atau perang harga
tanggapan politik dumping yang dilakukan oleh perusahaan tertentu dalam suatu
industri. Campur tangan pemerintah berperan strategis untuk memecahkan
permasahan-permasalahan menyerupai itu, biar perekonomian kembali stabil.
d)
Peran Dinamisatif pemerintah
Peran dinamisatif
pemerintah diwujudkan dalam bentuk perintisan kegiatan-kegiatan ekonomi
tertentu menyerupai penerbangan pesawat-pesawat komersialnya ke jalur gres yang
masih “kering”, atau pemekaran kota dengan jalan antara lain dengan memindahkan
pusat kegiatan pemerintahan kawasan ke lokasi baru, serta dalam bentuk
pemercepatan pertumbuhan bidang bisnis tertentu, contohnya dengan
mengalokasikan anggaran yang lebih besar ke bidang bersangkutan.
Argumentasi bahwa
pemerintah harus berperan sebagai dinamisator didukung pula oleh sebuah premis
yang dicanangkan dan dikampanyekan sendiri. Karena pemerintah yang merencanakan
dan memodali pembangunan, maka mereka merasa paling bertanggung jawab atas
pelaksanaannya.
Keempat macam
peranan pemerintahan tadi potensial menimbulkan kesulitan penyerasian atau
bahkan persehubunganan kebijakan. Contoh lengkap nya : dalam kapasitas selaku
stabilisator, pemerintah harus mengendalikan inflasi. Apabila hal itu ditempuh
dengan cara mengurangi pengeluarannya, biar permintaan agregat terkendali
sehingga tidak tambah memicu kenaikan harga-harga, maka porsi pengeluaran
pemerintah untuk lapisan masyarakat atau pihak atau sektor yang harus dimemberi
pinjaman sanggup turut dikurangi. Padahal justru dengan pengeluaran itulah
pemerintah sanggup menjalankan distributifnya. Contoh lengkap nya :
pelaksanaan peran dinamisatif mungkin mengundang kontroversi internal.
Apabila pemerintah terlalu hiperbola dalam meyakini kemampuannya sebagai
dinamisator, maka yang berkembang berkat kebijaksanaannya boleh jadi Istimewa
untuk tebatas pada lembaga-lembaga di jajarannya (instansi teknis dan
perusahaan-perusahaan negara). Di lain pihak, dinamika lembaga-lembaga
masyarakat dan perusahaan swasta justru terpasung.
B. FAKTOR-FAKTOR
YANG MENYEBABKAN PENINGKATAN PENGELUARAN PEMERINTAH
Ada
beberapa hal yang mengakibatkan pengeluaran pemerintah meningkat dari tahun ke
tahun. Menurut Sadono Sukirno (1984), besarnya pengeluaran pemerintah
tergantung kepada faktor-faktor yang bersifat ekonomi maupun yang bersifat
sosial dan politik.
· Faktor yang bersifat ekonomi, yaitu berafiliasi dengan tujuan
dalam pencapaian pemanfaatan tenaga penuh tanpa menimbulkan inflasi sehingga
pertumbuhan dan perkembangan perekonomian secara keseluruhan sanggup berjalan
dengan pesat. Masalah ini harus diselesaikan dalam waktu yang cepat dan
mendesak. Apabila dana yang ada tidak mencukupi maka salah satu cara yaitu
dengan melaksanakan pinjaman-pinjaman dari masyarakat, badan-badan
keuangan dari dalam maupun luar negeri ataupun dengan mencetak uang baru.
· Faktor yang bersifat sosial dan politik, yaitu faktor yang
menyedot anggaran pengeluaran pemerintah yang terbesar, menyerupai memperkuat
pertahanan dan keamanan, memberi bantuanan-memberi bantuanan sosial, memberi
bantuanan musibah tragedi alam, menjaga kestabilan politik dan
lain-lainnya. Sedangkan berdasarkan Brownlee et.al (1960), menunjukan
bahwa faktor yang mengakibatkan kenaikan dalam pengeluaran pemerintah itu ada 4
(empat) alasan yaitu:
1) Suatu kenaikan didalam “general level of price”, disini
dimaksudkan kalau tidak terjadi perubahan dari jumlah barang-barang serta
jasa-jasa dan kalau transfer payment yang dilakukan pemerintah diduga
akanmengakibatkan kenaikan harga pada umumnya.
2) Kenaikan pertambahan penduduk dan pembukaan daerah-daerah baru.
Hal ini menyangkut dengan bertambahnya permintaan jasa-jasa pemerintah,
bertambahnya permintaan pendidikan, berkembangnya jalan-jalan raya,
jembatan-jembatan, akomodasi kesehatan dan lain-lain.
3) Kenaikan permintaan untuk jasa-jasa pemerintah contohnya
meningkatnya urbanisasi, meningkatnya permintaan air minum, listrik,
balai-balai pengobatan, yaitu juga penyebab membengkaknya anggaran pengeluaran
pemerintah.
4) Peperangan dan keamanan, ini yaitu faktor yang sangat penting
dalam melindungi masyarakat dan negara terhadap serangan-serangan baik yang
datangnya dari dalam maupun dari luar. Biaya-biaya yang dikeluarkan pemerintah
untuk membeli peralatan barang, pembayaran untuk para veteran, membayar
utang-utang perang, biaya pengobatan, dll yaitu cuilan terbesar dari
pengeluaran anggaran ini.
C. AKIBAT DARI PENGELUARAN
PEMERINTAH DALAM PEREKONOMIAN
Pada negara-negara yang sedang berkembang kegiatan-kegiatan pemerintah memang sangat diharapkan dalam mengalokasikan resources terutama, pendistribusian pendapatan, melaksanakan transfer dari pemerintah pada masyarakat dan dari masyarakat pada pemerintah. Agar sanggup terlaksananya kegiatan ini adakala dari masyarakat diharapkan kerelaannya menyerahkan resourses yang mereka miliki. Hyman (1987) menyampaikan bahwa kegiatan pengeluaran pemerintah itu akan membawa imbas yang penting dalam kegiatan perekonomian dan juga berakibat pada bidang politik, yaitu:
Pada negara-negara yang sedang berkembang kegiatan-kegiatan pemerintah memang sangat diharapkan dalam mengalokasikan resources terutama, pendistribusian pendapatan, melaksanakan transfer dari pemerintah pada masyarakat dan dari masyarakat pada pemerintah. Agar sanggup terlaksananya kegiatan ini adakala dari masyarakat diharapkan kerelaannya menyerahkan resourses yang mereka miliki. Hyman (1987) menyampaikan bahwa kegiatan pengeluaran pemerintah itu akan membawa imbas yang penting dalam kegiatan perekonomian dan juga berakibat pada bidang politik, yaitu:
1)
Terjadinya keseimbangan politik
Pengeluaran pemerintah menimbulkan terjadinya
keseimbangan diantara barang-barang dengan jasa-jasa pemerintah serta
tergantung juga kepada kebijaksanaan dalam penetapan pajak dari barang dan
jasa-jasa itu. Kebijaksanaan sistem perpajakan yang terlalu sangat mempengaruhi
masyarakat terutama pada masa pemilihan umum.
2) Terjadinya keseimbangan pasar pada umumnya dan adanya efisiensi
dan resources yang digunakan masyarakat. Setiap pengeluaran pemerintah akan
mempengaruhi harga barang-barang dan jasa-jasa yang berlaku di pasar bebas
sehingga akan mempengaruhi tingkat efisiensi di dalam pengelolaan sumber-sumber
yang digunakan masyarakat.
3) Pendistribusian pendapatan
Pendistribusian yang dilakukan pemerintah bukanlah berarti
diperoleh dengan cara mengambil pendapatan seseorang kemudian membagikannya
pada orang lain. Jika hal ini terjadi maka daya beli orang tersebut
menjadi berkurang sehingga mempengaruhi permintaan dan akan mempengaruhi pula
harga pasar. Dalam kenyataannya pemerintah memakai kebijaksanaan
pengeluaran-pengeluaran sedimikian rupa dalam mempengaruhi barang dan jasa,
tidak mengurangi penghasilan masyarakat serta terjadinya pendistribusian
pendapatan yang lebih merata.
DAFTAR PUSTAKA
Dibuat oleh :
SAFIRA NURULITA
1EB01
NPM : 26218435
Komentar
Posting Komentar