PENULISAN 10
“PENGERTIAN EROSI DAN CARA PENAGGULANGGANYA”
1.
Pengertian
Erosi
Menurut
istilah ilmu geologi erosi adalah suatu perubahan bentuk batuan,
tanah atau lumpur yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya
berat dan organisme hidup. Angin yang berhembus kencang terus-menerus dapat
mengikis batuan di dinding-dinding lembah. Air yang mengalir terus-menerus
selama jutaan tahun dapat menggerus batuan di sekitar seperti yang terjadi pada Grand
Canyon di Amerika. Demikian pula erosi akibat es yang disebut
dengan glacier yang dapat meretakkan batuan jika celah-celah batuan yang terisi
dengan air yang membeku.
2.
Proses
Terjadinya Erosi
Erosi merupakan
proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh
ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi merupakan karena
faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah.
Intensitas
curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya merupakan sedimen,
misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang
tinggi. Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan
tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman
pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh
angin, air laut dan es.
1.
Jenis-Jenis Erosi
Erosi
ada beberapa macam menurut proses terjadinya yaitu:
a
Erosi Akibat Gaya Berat
Batuan atau
sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang
disebabkan oleh gaya berat massa. Ketika massa bergerak dari tempat yang tinggi
ke tempat yang rendah maka terjadilah apa yang disebut dengan pembuangan
massas. Dalam proses terjadinya erosi, pembuangan massa memiliki peranan
penting karena arus air dapat memindahkan material ke tempat-tempat
yang jauh lebih rendah. Proses pembungan massa terjadi terus menerus baik
secara perlahan maupun secara tiba-tiba sehingga dapat menimbulkan becana tanah
longsor.
Lereng pegunungan yang
terjal dan mengandung tanah liat di sekitar daerah yang sudah retak-retak akan
sangat rentan terhadap erosi akibat gaya berat. Erosi ini akan
berlangsung sangat cepat sehingga dapat menimbulkan becana longsor.
b
Erosi oleh Angin
Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat
memindahkan partikel-partikel halus batuan di daerah tersebut membentuk suatu
formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai.
Efek lain dari angin merupakan jika partikel keras yang terbawa dan
bertumbukan dengan benda padat lainnya sehingga menimbulkan erosi yang disebut
dengan abrasi. Pada gambar 6 dapat dilihat contoh erosi oleh angin yang
menyebabkan terjadinya bukit pasir di namibia, Afrika.
c
Erosi oleh Air
Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak
dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang.
Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat
mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul.
Pada gambar 6 dapat dilihat bahwa akibat erosi air yang terjadi di El Paso
County, Colorado, Amerika Serikat.
Pada dasarnya air merupakan faktor utama penyebab erosi seperti
aliran sungai yang deras. Makin cepat air yang mengalir makin cepat benda yang dapat
terkikis. Pasir halus dapat bergerak dengan kecepatan 13,5 km perjam yang
merupakan kecepatan erosi yang kritis. Air sungai dapat mengikis tepi sungai
dengan tiga cara: pertama gaya hidrolik yang dapat memindahkan lapisan sedimen,
kedua air dapat mengikis sedimen dengan menghilangkan dan melarutkan ion dan
yang ketiga pertikel dalam air membentur batuan dasar dan mengikisnya. Air juga
dapat mengikis pada tiga tempat yaitu sisi sungai, dasar sungai dan lereng atas
sungai.
Erosi juga dapat terjadi akibat air laut. Arus dan gelombang laut
termasuk pasang surut laut merupakan faktor penyebab terjadinya erosi di
pinggiran laut atau pantai. Karena tenaga arus dan gelombang merupakan kekuatan
yang dapat memindahkan batuan atau sedimen pantai.
d
Erosi oleh Es
Erosi ini terjadi akibat perpindahan partikel-partikel batuan karena
aliran es yang terjadi di pinggiran sungai. Sebenarnya es yang bergerak lebih
besar tenaganya dibandingkan dengan air. Misalnya glacier yang terjadi di
daerah dingin dimana air masuk ke pori-pori batuan dan kemudian air membeku
menjadi es pada malam hari sehingga batuan menjadi retak dan pecah, karena
sifat es yang mengembang dalam pori-pori.
4. Dampak Erosi
Erosi mempunyai dampak yang kebanyakan
merugikan, karena terjadi kerusakan lingkungan hidup. Menurut penelitian bahwa
15% permukaan bumi mengalami erosi. Kebanyakan disebabkan oleh erosi air
kemudian oleh angin.
Jika erosi terjadi di tanah pertanian maka
tanah tersebut berangsur-angsur akan menjadi tidak subur, karena lapisan tanah
yang subur makin menipis, dan jika terjadi di pantai, maka bentuk garis pantai
akan berubah.
Dampak lain dari erosi merupakan sedimen dan
poluton pertanian yang terbawa air akan menumpuk di suatu tempat. hal ini bisa
menyebabkan pendangkalan air waduk, kerusakan ekosistem di danau, pencemaran
air minum.
5. Pencegahan Erosi
Erosi tidak dicegah secara sempurna
karena merupakan proses alam. Pencegahan erosi merupakan usaha pengendalian
terjadinya erosi yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan bencana. Ada banyak
cara untuk mengendalikan erosi antara lain :
a. Pengolahan
Tanah, Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman tanaman, penataan tanaman yang teratur akan mengurangi tingkat erosi.
b. Pemasangan
Tembok Batu Rangka Besi, Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat
besi di pinggir sungai dapat mengurangi erosi air sungai.
c. Penghutanan Kembali, Yaitu mengembalikan
suatu wilayah hutan pada kondisi semula dari keadaan yang sudah rusak di
beberapa tempat.
d. Penempatan
batu Batu Kasar Sepanjang pinggir pantai.
e. Pembuatan
Pemecah angin atau Gelombang, Pohon pohonan yang ditanam beberapa garis untuk mengurangi kekuatan angin.
f. Pembuatan
Teras Tanah Lereng, Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan
tanah terhadap gaya erosi.
6. Cara Menanggulangi Erosi
Menghijaukan kembali lahan-lahan kritis.
Lahan-lahan yang kritis atau lahan yang gundul ditanami dengan lanam-tanaman
keras, seperti pohon mahoni, pohon angsana, pohon jati, pohon meranti dan
lain-lain.
Untuk daerah-daerah yang miring, pengolahan
lahan dilakukan dengan sistem sengkedan atau terassering. Pada setiap pematang
yang ada di sawah sengkedan usahakan ditanami tanam-tanaman keras seperti pohon
kelapa, turi, munggur dan lain-lain. Jenis tanaman keras seperti pohon kelapa
disamping dapat dimanfaatkan kayu, buah dan daunnya; akar-akarnya juga
berfungsi untuk menahan pematang dari bahaya longsor.
Untuk menghindari terjadinya erosi pada bibir
pantai, maka pada bibir pantai hendaknya dihutankan dengan tanaman bakau
(mangrove). Jenis tanaman lainnya yang dapat digunakan menghutankan bibir
pantai merupakan pohon api-api. Hutan bakau atau api-api yang ada di daerah
pantai disamping dapat mencegah terjadinya erosi pada bibir pantai juga
bermanfaat bagi kehidupan beraneka satwa. Contohnya akar pohon bakau atau
api-api yang malang melintang di bawah permukaan air sangat bermanfaat bagi
perkembangbiakan berbagai jenis ikan.
Sedangkan dedaunan yang tumbuh rimbun pada
bagian batang dan ranting-rantingnya sangat cocok untuk perkembangbiakan
berbagai jenis burung, monyet, ular pohon dan lain-lain.
Pada daerah – daerah pantai yang tebingnya
curam, maka di depan bibir pantai dapat dibuat bangunan-bangunan pemecah ombak.
Dengan adanya bangunan pemecah ombak, maka ombak yang datang menuju pantai
dipecah terlebih dahulu oleh bangunan tersebut. Dengan demikian kekuatan ombak
yang akan menerpa dinding pantai menjadi lemah. Dengan demikian bibir pantai
dapat dilindungi dari bahaya erosi akibat hantaman gelombang pasang air laut.
7. Cara Mencegah Terjadinya Erosi
Ada beberapa tindakan yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi. Tindakan-tindakan tersebut
antara lain :
a. Menanami
dengan tanaman penutup pada bukit-bukit yang gundul.
b. Pada
tebing-lebing yang miring atau curam ditanami dengan tanam-tanaman keras.
c. Menghutankan
sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan tanam-tanaman keras.
d. Pengolahan
lahan pertanian di lereng-lereng gunung dan daerah-daerah miring dilakukan
secara sengkedan
e. Menghutankan
daerah pantai dengan tanaman bakau atau api-api.
f. Membangun
bangunan-bangunan pemecah ombak pada pantai-pantai yang bertebing curam.
Komentar
Posting Komentar