REVOLUSI RUSIA (PENULISAN 19)
“ASAL MULA TERJADINYA REVOLUSI RUSIA”
Revolusi Rusia Pada permulaan abad
ke-19, keadaan Rusia masih terbelakang dibandingkan Negara-negara Eropa
lainnya. Masyarakat Rusia pada masa itu terbagi atas dua golongan, yaitu tuan
tanah (bangsawan) dan petani (rakyat jelata). Rusia saat itu adalah negara
agraris. Sebagian besar penduduknya merupakan petani miskin yang harus tunduk
kepada tuan tanah, bahkan menjadi budak dari tuan tanah. Status petani sebagai
budak tuan tanah ini diatur dalam Undang-Undang Perbudakan Rusia yang disahkan
oleh Tsar Alexis I pada tahun 1646. Perbudakan dihapuskan pada tahun 1861
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Emansipasi (Emancipation Edict) oleh Tsar
Alexander II. Isi undang-undang tersebut sebagai berikut.
1.
Perbudakan dihapuskan.
2.
Petani bekas budak mendapat tanah sebagai miliknya.
3.
Negara membayar uang kerugian kepada tuan-tuan tanah pemilik budak.
Meski telah dikeluarkan undang-undang
tersebut, kondisi kehidupan petani belum mengalami kemajuan sebab kepala mir
(kepala desa) lama kelamaan bertindak seperti tuan tanah dan memperkaya diri
sendiri. Pada tahun 1906 (masa pemerintahan Tsar Nicholas II), sistem mir
dihapuskan oleh Menteri Stolypin. Tanah diberikan kepada pemilik sehingga dari
pekerjaannya seorang petani dapat memperoleh hasil.
Menjelang terjadinya revolusi, muncul dua
aliran kaum terpelajar di Rusia, yaitu aliran Slavia dan aliran Barat. Aliran
Slavia ingin membangun Rusia atas dasar kultur Slavia di mana negara dianggap
sebagai badan moral. Aliran ini kemudian menjadi pendekar paham autokrasi,
ortodoks, nasionalisme dan memunculkan gerakan Pan Slavisme. Adapun aliran
Barat ingin membangun Rusia berdasarkan konsepsi Barat di mana negara dianggap
sebagai badan politik belaka yang digunakan untuk mencapai kesejahteraan
rakyat.
Latar belakang Revolusi Rusia
Sejak kekalahannya dalam perang melawan
Jepang pada tahun 1905, bayangan revolusi selalu tampak di Rusia. Berbagai
gerakan rakyat menentang pemerintah ditindas dengan kekerasan senjata. Gerakan
tersebut bersifat sporadis dan seberapa pun usaha pemerintah untuk menindasnya,
gerakan-gerakan serupa selalu muncul. Akhirnya, revolusi sungguh-sungguh
terjadi di tengah Perang Dunia ketika Rusia mengalami kekalahankekalahan besar.
Sebab-sebab terjadinya revolusi sebagai berikut.
Pemerintahan Tsar Nicholas II yang
reaksioner. Ketika negara-negara lain mulai mengakui hak-hak politik bagi warga
negaranya, Tsar Nicholas II masih enggan melakukan hal yang sama. Ia memang
mengizinkan dibentuknya Duma (daerah perwakilan rakyat Rusia), namun
keberadaannya hanya sandiwara belaka. Pemilihan anggota Duma dilakukan dengan
pura-pura karena pada praktiknya, anggota Duma adalah orang-orang yang
propemerintahan Tsar. Hasil-hasil rapat dan rekomendasi Duma kepada Tsar tidak
pernah dihiraukan.
Susunan pemerintahan Tsar yang buruk.
Pemerintahan pada masa Tsar Nicholas II tidak disusun secara rasional,
melainkan atas dasar favoritisme. Tsar tidak memilih orang-orang yang cakap
untuk pemerintahannya, orang-orang yang dipilihnya untuk jabatan-jabatan
pemerintahan hanyalah orang-orang yang disukainya. Dalam hal ini, Nicholas II
sangat dipengaruhi oleh istrinya, Tsarrina Alexandra. Alexandra sendiri sangat
dipengaruhi oleh seorang biarawan yang menyebut dirinya sebagai utusan Tuhan,
Grigori Rasputin. Alexandra dan Rasputin adalah orang-orang yang sangat kolot
dan benci terhadap segala macam paham baru. Perbedaan sosial yang mencolok mata Kondisi
kehidupan antara kedua golongan masyarakat di Rusia pada masa itu sangat jauh
perbedaannya. Tsar dan para bangsawan hidup mewah dan kaya raya, sementara
rakyat, terutama petani dan buruh, sangat miskin dan sengsara. Bangsawan juga
memiliki berbagai macam hak yang tidak dimiliki rakyat, bahkan banyak hak
rakyat yang diabaikan. Sekalipun perbudakan telah dihapuskan, para bangsawan
tetap memperlakukan rakyat biasa seperti budak dalam kehidupan sehari-hari. Persoalan tanah. Perubahan kebijakan agraria
oleh Menteri Stolypin pada tahun 1906 hanya menghasilkan perubahan tanah-tanah
mir menjadi milik perseorangan anggota mir. Di luar mir, masih banyak tanah
berukuran luas yang menjadi milik para tuan tanah, baik bangsawan maupun para
kulak (petani-petani besar). Tanah-tanah ini dikerjakan oleh para petani kecil
(buruh tani). Para buruh tani ini lalu berusaha menuntut tanah yang seharusnya
menjadi miliknya.
Adanya aliran-aliran yang menentang Tsar
Dalam revolusi pada tahun 1905, aliran-aliran yang menentang Tsar dapat
ditindas, tetapi tidak lenyap. Mereka melakukan gerakan bawah tanah dan
mengumpulkan kekuatan sambil menunggu kesempatan untuk kembali muncul.
Aliran-aliran tersebut sebagai berikut. 1) Kaum liberal yang disebut Kadet
(Konstitusional Demokrat). Aliran ini menghendaki Rusia menjadi kerajaan yang
berundang-undang dasar. 2) Kaum sosialis menghendaki susunan masyarakat yang
sosialis serta pemerintahan yang modern dan demokratis. Kaum sosialis merupakan
anasir yang revolusioner dan terbagi lagi atas dua aliran: Mensheviks (moderat
atau sosial demokrat) dan Bolsheviks (radikal, kemudian berkembang menjadi
partai komunis). Golongan Mensheviks dipimpin oleh Georgi Plekhanou yang
kemudian digantikan oleh Kerensky. Adapun golongan Bolsheviks dipimpin oleh
Lenin dan Trotsky. Kekalahan perang. Ketika melibatkan diri
dalam Perang Dunia I, sebenarnya Rusia tidak mempunyai tujuan perang yang
tertentu. Rusia ikut perang karena terikat dan terseret oleh
perjanjian-perjanjiannya dengan negara-negara lain, terutama yang tergabung
dalam Triple Entente. Keikutsertaan Rusia dalam Perang Dunia I mendapat
sambutan dingin dari rakyatnya. Peperangan yang tidak didukung oleh rakyat
tentu menghasilkan kekalahan. Kekalahan-kekalahan besar Rusia (pertempuran di
Tannenberg dan di sekitar danau-danau wilayah Masuri) semakin mengecewakan hati
dan melenyapkan kepercayaan rakyat kepada Tsar. Rakyat mulai jemu pada
peperangan dan menginginkan kedamaian. Ancaman bahaya kelaparan. Lima belas juta
warga Rusia dimobilisasi untuk perang. Kesejahteraan mereka harus dijamin penuh
oleh negara. Sementara, banyaknya orang yang dikirim ke medan perang berakibat
kurangnya tenaga kerja, baik dalam bidang industri maupun pertanian. Macetnya
industri dan pertanian ini menimbulkan bahaya kelaparan sebab kurangnya bahan
makanan. Perekonomian negara pun menjadi kacau balau.
Jalannya revolusi
Revolusi Rusia yang berlangsung pada tahun
1917 terbagi dalam dua fase.
a. Revolusi Februari 1917
Revolusi ini dimotori oleh orang-orang Kadet,
Mensheviks, dan Bolsheviks. Tujuannya adalah untuk menggulingkan Tsar. Revolusi
dimulai di Petrograd (sekarang Leningrad) berupa demonstrasi yang menuntut
turunnya Tsar, diikuti oleh pemogokan di perusahaan-perusahaan. Tentara yang
diperintahkan menembaki para pemogok dan demonstran berbalik menembaki
opsir-opsirnya sendiri. Revolusi berdarah pun meletus. Tsar ditawan dan dipaksa
turun takhta.
Usai revolusi, pemerintahan sementera
dibentuk. Kaum Kadet memegang pimpinan. Akan tetapi, kaum Kadet tidak
mengadakan perubahan-perubahan yang sesuai seperti tuntutan rakyat. Alasannya
adalah kekhawatiran bahwa perubahan-perubahan itu hanya akan menambah kacau
keadaan. Kaum Mensheviks dipimpin Karensky lalu menggulingkan kaum Kadet dan
memegang pimpinan pemerintahan. Program kaum Mensheviks adalah, pertama-tama,
menjunjung kembali kehormatan Rusia yang telah merosot karena kekalahan-kekalahan
dalam perang, dan kemudian baru mengadakan perombakan atas sistem pemerintahan
dalam negeri. Bentuk negara diubah menjadi republik, kemudian diadakan serangan
besar-besaran terhadap Jerman. Sayangnya, serangan tersebut gagal sama sekali.
Rakyat yang jenuh pada peperangan kehilangan kepercayaan pada pemerintahan
Mensheviks. Memanfaatkan keadaan ini, kaum Bolsheviks tampil ke muka dan
memberi janji-janji kedamaian serta pembagian bahan makanan dan tanah kepada
rakyat.
b. Revolusi Oktober 1917 (Revolusi Komunis)
Pada tanggal 10 April 1917, Lenin kembali ke
Rusia dari perantauannya ke Jerman, Prancis, Inggris, Austria, dan Swiss sejak
tahun 1907. Pada tahun yang sama, Leon Trotsky (Bronstein) tiba di Rusia dari
Amerika. Kedua orang ini lalu menjadi motor penggerak kaum Bolsheviks yang
berpaham komunis di Rusia. Ketika kaum Kadet dan Mensheviks bergulat dengan
revolusi cara mereka, gerakan bawah tanah kaum Bolsheviks secara diam-diam
mempersiapkan revolusinya sendiri. Mereka membentuk pemerintahan sendiri,
tentara sendiri (yang disebut Pasukan Merah), dan menyebarkan propaganda
antipemerintah borjuis. Pada saat pemerintahan Mensheviks kehilangan
kepercayaan rakyat, kaum Bolsheviks memanfaatkannya dengan segera merangkul
rakyat. Mereka menganjurkan para petani agar membagi-bagikan tanah dan
menganjurkan para buruh untuk menyita pabrik-pabrik. Pendekatan ini mendapat
dukungan dan simpati dari rakyat. Dimulailah revolusi kedua ala Bolsheviks.
Revolusi kedua ini dimulai dari Petrograd lagi. Tentara dan angkatan laut di
Petrograd memihak Lenin, disusul dukungan dari tentara-tentara Difron. Pada
tanggal 25 Oktober 1917, pemerintahan Mensheviks digulingkan dan kaum
Bolsheviks mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Setelah itu, segera diadakan
perubahanperubahan besar.
Diadakan perundingan perdamaian dengan Jerman
yang melahirkan perjanjian perdamaian Brest Litovsk (1918).
Segala utang piutang pemerintah Tsar
dihapuskan dan bank dimonopoli negara.
Tanah dibagi-bagikan kepada petani dan buruh
menyita pabrik-pabrik.
Bahan makanan dikerahkan dan dibagi-bagikan
kepada rakyat. Revolusi yang kedua ini berjalan dan berhasil dengan baik,
sehingga kaum Bolsheviks mendapat kedudukan yang kuat.
Intervensi negara-negara asing (1918)
Setelah kaum Bolsheviks memegang pemerintahan
Rusia, para pengikut Tsar yang masih setia berusaha melakukan pemberontakan.
Mereka menyebut dirinya kaum Rusia Putih (lawan dari kaum Bolsheviks yang
disebut kaum Rusia Merah/Komunis). Mereka dipimpin oleh Jenderal Denikin dan
Wrangel. Sekutu (Inggris, Amerika Serikat, Prancis, dan lain-lain) segera
memihak kaum Rusia Putih, tidak semata-mata karena mereka antikomunis,
melainkan juga dikarenakan adanya kekhawatiran menghadapi penghentian perang
antara Rusia dan Jerman. Inggris, Amerika Serikat, dan Prancis menyerbu Rusia
dari arah timur (Vladivostok), utara (Murmansk), barat (Estonia dan Turki), dan
selatan (Laut Kaspia). Akan tetapi karena front-front negera-negara
pengintervensi ini terpisahpisah jauh dan kurang sekali adanya koordinasi
antara front-front tersebut, intervensi ini gagal. Kaum Rusia Putih rontok dan
lebur. Sekeluarnya dari perang saudara antara Rusia Putih dan Rusia Merah, kaum
Bolsheviks menjadi semakin kuat dan bersatu.
Akibat-akibat Revolusi Komunis 1917
Revolusi yang dilakukan kaum Bolsheviks
membawa akibat sebagai berikut.
Dihapuskannya pemerintahan Tsar yang kolot
untuk selamanya. Pemerintahan diubah dengan sistem satu partai (pemerintahan
dipegang oleh satu partai). Cobalah bandingkan dengan sistem satu partai di
Jerman (Hitler dengan NAZI-nya) dan di Italia (Mussolini dengan fasismenya).
Timbulnya demokrasi Soviet sebagai lawan dari
demokrasi liberal. Demokrasi liberal atau parlementer dianggap Lenin kurang
demokratis sebab biasanya parlemen diduduki oleh orang-orang dari kelas
menengah ke atas, sementara rakyat jelata tidak tahu apaapa. Lenin lebih suka
membentuk dewan-dewan rakyat (Soviet) yang mewakili suara masyarakat terbawah.
Dewan-dewan rakyat ini kemudian akan memilih di antara mereka untuk menjadi
wakil dalam dewan rakyat yang lebih tinggi. Mekanisme yang sama berlanjut
hingga ke tingkat paling tinggi.
Modernisasi Rusia maju dengan pesat, terutama
dalam bidang industri dan pertanian. Dalam kurun waktu lebih kurang empat puluh
tahun, Rusia mulai dapat menyamai negara-negara industri lainnya di Eropa Barat
dan Amerika.
Meluasnya komunisme di seluruh dunia. Hingga
kini komunisme menjadi factor kekuatan politik dunia yang perlu diperhitungkan.
Pemerintahan Lenin (1917 – 1924)
Selama masa pemerintahan Lenin, terjadi
hal-hal sebagai berikut.
Pembentukan komintern (Komunis
Internasional). Pada tahun 1919 dibentuk Komintern yang bertugas memimpin
partai-partai komunis di seluruh dunia. Komintern dilebur pada tahun 1947
karena berbau imperialism Rusia dan digantikan oleh Cominform (Communist
Information) yang merupakan pusat propaganda komunisme di seluruh dunia.
Pembentukan Uni Soviet. Sebelum tahun 1922,
Rusia terdiri dari beberapa negara kecil yang bersatu di bawah bendera Federasi
Republik-Republik Soviet Sosialis Rusia (FRSSR). Pada tahun 1922, federasi ini
diubah menjadi uni dan disebut Uni Republik-Republik Soviet atau Union of
Soviet Socialist Republics (USSR). Kekuasaan pemerintahan terpusat pada
pemerintahan pusat.
Sistem perekonomian komunis. Ketika Lenin
memegang pemerintahan, Rusia hendak disusun menjadi seratus persen komunis.
Semua hasil produksi, baik industri maupun pertanian, harus diserahkan kepada
negara. Nantinya negara yang akan membagi-bagikannya dengan adil. Akan tetapi,
para petani kaya (kulak) menolak menyerahkan segala hasil buminya kepada
negara.
Para petani juga tidak mau menanam lebih dari
apa yang mereka butuhkan untuk hidup sebab sebanyak apa pun mereka menanam,
hasil yang mereka dapatkan sama saja. Akibatnya, pertanian menjadi kacau dan
bahaya kelaparan mengancam. Pada tahun 1921, Lenin mengubah kebijakan
ekonominya dan menggantinya dengan NEP (New Economical Policy) di mana hasil
bumi boleh dijual dengam bebas. Namun, untuk menyaingi sistem pertanian bebas
yang dipraktikkan para kulak, diadakan pula pertanian kolektif (kolkhoz) dan
pertanian negara (sovkhoz) untuk menyaingi pertanian bebas dari para kulak. NEP
ini terbukti berjalan dengan baik. Para kulak makin terdesak dan semakin banyak
petani yang menggabungkan diri dalam kolkhoz. Lenin meninggal dunia pada tahun
1924. Jenazahnya dimakamkan di dekat Kremlin dalam sebuah musoleum (makam yang
indah) di mana setiap tahun rakyat Rusia dapat melihat wajah "Bapak
Komunisme Rusia".
Keadaan dalam negeri usai pemerintahan Lenin
Dua orang calon pengganti Lenin, Stalin dan
Trotsky memiliki pemahaman yang berbeda mengenai komunisme. Trotsky bermaksud
mengobarkan revolusi dunia untuk menciptakan masyarakat komunis di seluruh
dunia. Baginya, kaum buruh lebih penting daripada kaum lainnya. Adapun Stalin
berkehendak untuk memperkukuh dahulu komunisme di Rusia sebelum meluaskan paham
tersebut ke seluruh dunia. Baginya, buruh dan kaum tani sama pentingnya. Stalin
mengizinkan kaum komunis menggunakan modal asing dan ahli-ahli ilmu pengetahuan
dari negara-negara kapitalis untuk mencapai tujuannya. Salah satu contoh adalah
dibuatnya perjanjian Prancis – Rusia pada tahun 1923. Kebijakan Stalin
memperoleh dukungan luas, sehingga ia dipilih menjadi pemimpin Uni Soviet
menggantikan Lenin. Trotsky dibuang ke luar Rusia dan kemudian dibunuh di
Meksiko (1940).
Stalin meneruskan politik ekonomi Lenin
sampai tahun 1927. Kemudian, ia menyusun Rencana Lima Tahun untuk mengembangkan
perekonomian Rusia. Rencana Lima Tahun yang pertama (1927 – 1932) adalah
industrialisasi Rusia secara besar-besaran dan modernisasi pertanian. Rencana
ini berjalan baik, disusul dengan ditiadakannya kulak dan mengubah seluruh
sistem pertanian menjadi kolkhoz dan sovkhoz. Rencana Lima Tahun yang kedua
(1932 – 1937) dibuat untuk menyempurnakan yang pertama.
Pemerintahan Stalin merupakan pemerintahan
yang otoriter. Ia bercita-cita menjadi penguasa mutlak. Rasa rendah diri
menyebabkan Stalin selalu curiga kepada siapa pun. Stalin dapat berkuasa mutlak
di Rusia karena sifatnya yang licik, penuh tipu daya, dan tega mempecundangi
lawan-lawan politiknya. Ia meninggal pada tanggal 16 Maret 1953. Ia tidak
menunjuk pengganti, sehingga timbullah persaingan antara Nikita Khrushchev dan
Leonid Brezhnev. Khrushchev keluar sebagai pemenang, namun digulingkan pada
tahun 1964. Salah satu peristiwa mencolok selama karir Khrushchev adalah
kritiknya yang menyerang Stalin dalam pidato yang disampaikannya pada Kongres
Partai Komunis ke- 20 di tahun 1956. Pidatonya ini tidak diterbitkan di Uni
Soviet sehingga disebut "pidato rahasia". Kritik tersebut diikuti
kampanye anti-Stalin, pencabutan gambar-gambar dan patung Stalin, serta
dikeluarkannya jenazah Stalin dari dalam musoleum di Lapangan Merah untuk
dimakamkan di pemakaman umum. Konstitusi Stalin 1936 digantinya dengan konstitusi
baru (1977). Isinya yang pokok adalah rakyat boleh menyuarakan pendapatnya
secara bebas.
Dampak Revolusi Rusia
Revolusi Rusia yang dimenangkan oleh kaum
komunis radikal (Bolshevik) berdampak pada meluasnya paham komunisme di dunia.
Negara-negara dunia ketiga yang pada saat itu masih dijajah bangsa lain dengan
segera mengadopsinya. Juga negara-negara yang baru terbentuk dan negara-negara
yang rakyatnya telah bosan hidup dalam kekangan feodalisme penguasa.
Paham baru ini pun dengan segera menjalar ke
Indonesia yang pada saat itu tengah menghidupkan organisasi-organisasi
pergerakan ke arah kemerdekaan. Organisasiorganisasi yang menganutnya juga
bersikap radikal (nonkooperatif) terhadap Belanda, bahkan di kemudian hari
jelas-jelas melakukan pemberontakan. Contohnya adalah ISDV yang setelah
Indonesia merdeka mengubah nama menjadi PKI.
Revolusi Rusia Pada masa pemerintahan
Tsar Nicholas II (1894–1917), pemerintahan sangat reaksioner dan bersifat
otokratis. Akan tetapi, dalam bidang ekonomi sangat progresif, terutama dalam
bidang industri, seperti industri tekstil, pertambangan, batubara, dan besi.
Dengan industri yang maju inilah maka muncullah kaum buruh. Pada tahun 1905
terjadi pemberontakan kaum buruh yang bertujuan untuk menuntut perbaikan nasib
dan persamaan hak. Hal ini selaras dengan semboyan mereka, yakni sama rasa sama
rasa. Di samping itu, rakyat juga menuntut adanya pemerintahan yang liberal.
Pada saat itu, Rusia mengalami kekalahan dalam perang melawan Jepang. Di
tengah-tengah situasi yang sedang kacau itu, Tsar Nicholas II masih mampu
mengatasi keadaan dengan mengambil tindakan dengan menjamin kebebasan
berserikat dan pembentukan Duma (DPR).
Namun dalam Duma itu sendiri
terjadi pertentangan antara kaum Sosialis dan kaum Liberalis. Kaum Sosialis
menghendaki susunan masyarakat yang sosialis, sedangkan kaum Liberal
menghendaki adanya monarkhi konstitusional. Nicolas II bersikap keras, dan
memihak kepada kaum Sosialis sehingga Duma dibubarkan. Hal inilah yang kemudian
mendorong timbulnya revolusi. Nah, pada kesempatan kali ini Zona Siswa akan
mencoba membahas secara lengkap mengenai Revolusi Rusia baik latar belakang,
proses revolusi dan dampaknya. Semoga bermanfaat. Check this out!!!
A. Latar Belakang Revolusi Rusia
Sejak kekalahannya dalam perang melawan
Jepang pada tahun 1905, bayangan revolusi selalu tampak di Rusia. Berbagai
gerakan rakyat menentang pemerintah ditindas dengan kekerasan senjata. Gerakan
tersebut bersifat sporadis dan seberapa pun usaha pemerintah untuk menindasnya,
gerakan-gerakan serupa selalu muncul. Akhirnya, revolusi sungguh-sungguh
terjadi di tengah Perang Dunia ketika Rusia mengalami kekalahankekalahan besar.
Sebab-sebab terjadinya revolusi sebagai berikut.
1. Pemerintahan Tsar Nicholas II yang reaksioner
Ketika negara-negara lain mulai mengakui
hak-hak politik bagi warga negaranya, Tsar Nicholas II masih enggan melakukan
hal yang sama. Ia memang mengizinkan dibentuknya Duma (daerah perwakilan rakyat
Rusia), namun keberadaannya hanya sandiwara belaka. Pemilihan anggota Duma
dilakukan dengan pura-pura karena pada praktiknya, anggota Duma adalah
orang-orang yang propemerintahan Tsar. Hasil-hasil rapat dan rekomendasi Duma
kepada Tsar tidak pernah dihiraukan.
2. Susunan pemerintahan Tsar yang buruk
Pemerintahan pada masa Tsar Nicholas II tidak
disusun secara rasional, melainkan atas dasar favoritisme. Tsar tidak memilih
orang-orang yang cakap untuk pemerintahannya, orang-orang yang dipilihnya untuk
jabatan-jabatan pemerintahan hanyalah orang-orang yang disukainya. Dalam hal
ini, Nicholas II sangat dipengaruhi oleh istrinya, Tsarrina Alexandra.
Alexandra sendiri sangat dipengaruhi oleh seorang biarawan yang menyebut
dirinya sebagai utusan Tuhan, Grigori Rasputin. Alexandra dan Rasputin adalah
orang-orang yang sangat kolot dan benci terhadap segala macam paham baru.
3. Perbedaan sosial yang mencolok
Kondisi kehidupan antara kedua golongan
masyarakat di Rusia pada masa itu sangat jauh perbedaannya. Tsar dan para bangsawan
hidup mewah dan kaya raya, sementara rakyat, terutama petani dan buruh, sangat
miskin dan sengsara. Bangsawan juga memiliki berbagai macam hak yang tidak
dimiliki rakyat, bahkan banyak hak rakyat yang diabaikan. Sekalipun perbudakan
telah dihapuskan, para bangsawan tetap memperlakukan rakyat biasa seperti budak
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Persoalan tanah
Perubahan kebijakan agraria oleh Menteri
Stolypin pada tahun 1906 hanya menghasilkan perubahan tanah-tanah mir menjadi
milik perseorangan anggota mir. Di luar mir, masih banyak tanah berukuran luas
yang menjadi milik para tuan tanah, baik bangsawan maupun para kulak
(petani-petani besar). Tanah-tanah ini dikerjakan oleh para petani kecil (buruh
tani). Para buruh tani ini lalu berusaha menuntut tanah yang seharusnya menjadi
miliknya.
5. Adanya aliran-aliran yang menentang Tsar
Dalam revolusi pada tahun 1905, aliran-aliran
yang menentang Tsar dapat ditindas, tetapi tidak lenyap. Mereka melakukan
gerakan bawah tanah dan mengumpulkan kekuatan sambil menunggu kesempatan untuk
kembali muncul. Aliran-aliran tersebut adalah aliran liberal dan sosialis. Kaum
liberal yang disebut Kadet (Konstitusional Demokrat). Aliran ini menghendaki
Rusia menjadi kerajaan yang berundang-undang dasar. Kaum sosialis menghendaki
susunan masyarakat yang sosialis serta pemerintahan yang modern dan demokratis.
Kaum sosialis merupakan anasir yang revolusioner dan terbagi lagi atas dua
aliran: Mensheviks (moderat atau sosial demokrat) dan Bolsheviks (radikal,
kemudian berkembang menjadi partai komunis). Golongan Mensheviks dipimpin oleh
Georgi Plekhanou yang kemudian digantikan oleh Kerensky. Adapun golongan
Bolsheviks dipimpin oleh Lenin dan Trotsky.
6. Kekalahan perang
Ketika melibatkan diri dalam Perang Dunia I,
sebenarnya Rusia tidak mempunyai tujuan perang yang tertentu. Rusia ikut perang
karena terikat dan terseret oleh perjanjian-perjanjiannya dengan negara-negara
lain, terutama yang tergabung dalam Triple Entente. Keikutsertaan Rusia dalam
Perang Dunia I mendapat sambutan dingin dari rakyatnya. Peperangan yang tidak
didukung oleh rakyat tentu menghasilkan kekalahan. Kekalahan-kekalahan besar
Rusia (pertempuran di Tannenberg dan di sekitar danau-danau wilayah Masuri)
semakin mengecewakan hati dan melenyapkan kepercayaan rakyat kepada Tsar.
Rakyat mulai jemu pada peperangan dan menginginkan kedamaian.
7. Ancaman bahaya kelaparan
Lima belas juta warga Rusia dimobilisasi
untuk perang. Kesejahteraan mereka harus dijamin penuh oleh negara. Sementara,
banyaknya orang yang dikirim ke medan perang berakibat kurangnya tenaga kerja,
baik dalam bidang industri maupun pertanian. Macetnya industri dan pertanian
ini menimbulkan bahaya kelaparan sebab kurangnya bahan makanan. Perekonomian
negara pun menjadi kacau balau.
B. Prosess Terjadinya Revolusi Rusia
Revolusi Rusia tahun 1917 dapat dibagi
menjadi dua tahap, yakni Revolusi Februari 1917 dan Revolusi Oktober 1917.
1. Revolusi Februari 1917
Revolusi ini dimulai dari Petrograd (sekarang
Leningrad) dengan demonstrasi yang menuntut bahan makanan, kemudian diikuti
dengan pemogokan di perusahaan-perusahaan. Revolusi yang digerakan oleh kaum
Kadet, Menshewiki, dan Bolshewiki ini kemudian berhasil menggulingkan Tsar
Nicholas II. Tampuk pemerintahan dikendalikan oleh kaum Kadet dengan bentuk pemerintahan
sementara.
Akan tetapi, kaum Kadet tidak segera
mengadakan perubahan-perubahan seperti yang dituntut oleh rakyat. Kaum
Menshewiki di bawah pimpinan Karensky kemudian menggulingkan kaum Kadet dan
memegang tampuk pemerintahan. Program kaum Menshewiki pertama-tama ialah
menjunjung kembali kehormatan Rusia di mata dunia internasional (karena
kekalahan-kekalahan Rusia dalam peperangan), setelah itu baru mengadakan
perubahan pemerintahan dalam negeri. Serangan besar-besaran terhadap Jerman
(dalam Perang Dunia I) segera dilangsungkan, namun gagal. Hal inilah
mengakibatkan hilangnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintahan Menshewiki.
Kesempatan ini digunakan dengan sebaik-baiknya oleh kaum Bolshewiki untuk
menyusun kekuatan guna merebut pemerintahan
2. Revolusi Oktober 1917
Ketika pemerintahan Menshewiki kehilangan
kepercayaan di mata rakyat, kaum Bolshewiki segera mendekati rakyat dan
menjanjikan adanya kedamaian dan pembagian tanah. Dengan cara ini kaum
Bolshewiki mendapatkan simpati dan dukungan dari rakyat. Kaum Bolshewiki yang
semula telah mempersiapkan diri dengan mengadakan wajib militer kepada para
pekerja (yang kemudian menjadi Pengawal Merah) di bawah pimpinan Trotsky, siap
untuk merebut kekuasaan.
Revolusi di mulai di Petrograd lagi di bawah
pimpinan Lenin yang menyerukan untuk mendirikan Republik Soviet. Angkatan Darat
dan Angkatan Laut di Petrograd memihak Lenin. Pada tanggal 25 Oktober 1917
pemerintah Menshewiki di bawah pimpinan Kerensky berhasil digulingkan. Kaum
Bolshewiki akhirnya berhasil memegang tampuk pemerintahan baru di Rusia.
C. Dampak dari Revolusi Rusia
Revolusi Rusia yang dimenangkan oleh kaum
komunis radikal (Bolshevik) berdampak pada meluasnya paham komunisme di dunia.
Negara-negara dunia ketiga yang pada saat itu masih dijajah bangsa lain dengan
segera mengadopsinya. Juga negara-negara yang baru terbentuk dan negara-negara
yang rakyatnya telah bosan hidup dalam kekangan feodalisme penguasa.
Paham baru ini pun dengan segera menjalar ke
Indonesia yang pada saat itu tengah menghidupkan organisasi-organisasi
pergerakan ke arah kemerdekaan. Organisasiorganisasi yang menganutnya juga
bersikap radikal (nonkooperatif) terhadap Belanda, bahkan di kemudian hari
jelas-jelas melakukan pemberontakan. Contohnya adalah ISDV yang setelah Indonesia
merdeka mengubah nama menjadi PKI. Revolusi Rusia 1917 adalah sebuah gerakan politik di Rusia yang
memuncak pada 1917 dengan penggulingan pemerintahan provinsi yang telah
mengganti sistem Tsar Rusia, dan menuju ke pendirian Uni Soviet, yang berakhir sampai keruntuhannya pada 1991.
Revolusi ini dapat dilihat dari dua fase
berbeda:
· Yang pertama adalah Revolusi Februari 1917, yang mengganti otokrasi
Tsar Nikolai II
Russia, Tsar Russia yang efektif terakhir, dan mendirikan republik
liberal.
· Fase kedua adalah Revolusi Oktober yang diinspirasikan oleh Vladimir Lenin dari partai Bolshevik, memegang kuasa dari Pemerintahan Provinsi. Revolusi
kedua ini memiliki efek yang sangat luas, memengaruhi daerah kota dan pedesaan.
Meskipun banyak kejadian bersejarah terjadi di Moskwa dan Saint Petersburg, ada juga gerakan di pedesaan di mana rakyat
jelata merebut dan membagi tanah
Pengaruh Revolusi Rusia
Revolusi Rusia telah berhasil menumbangkan
kekuasaan Tsar Nicholas II yang
memerintah secara diktator. Rakyat Rusia yang
merasakan kehidupan di berbagai bidang akibat kediktatoran Tsar Nicholas II,
akhirnya berhasil menghimpun kekuatan dan menentang kekuasaannya dalam
bentuk revolusi. Revolusi Rusia telah berhasil menumbangkan
kediktatoran Rusia. Di samping itu, Revolusi Rusia yang berpaham komunis akhirnya berhasil mengubah haluan negara tersebut
ke arah negara komunis. Seperti revolusi-revolusi lain, Revolusi Rusia juga membawa
dampak baik bagi Rusia sendiri maupun bagi negara-negara di kawasan di dunia
termasuk Indonesia. Pengaruh Revolusi Rusia
terhadap perkembangan pergerakan nasional di Indonesia tampak jelas dengan
berkembangan paham Marxis yang kemudian melahirkan
Partai Komunis Indonesia. Benih-benih Marxisme dibawa masuk ke Indonesia oleh
seorang Belanda yang bernama H.J.F.M. Sneevliet. Atas dasar
Marxisme inilah pada tanggal 9 Mei 1914 di Semarang, Sneevliet bersama-sama dengan J.A. Brandsteder, H.W.
Dekker, dan P. Bersgma berhasil mendirikan Indische Sociaal Democratische
Vereeniging (ISDV). Sneevliet kemudian melakukan infiltrasi (penyusupan)
kader-kadernya ke dalam tubuh SI dengan menjadikan anggota-anggota ISDV sebagai
anggota SI, dan sebaliknya anggota-anggota SI menjadi anggota ISDV. Dengan cara
ini Sneevliet dan kawan-kawannya telah mempunyai pengaruh yang kuat di kalangan
SI, lebih-lebih setelah berhasil mempengaruhi beberapa pemimpin SI, seperti
Semaun dan Darsono. Akibatnya, SI Cabang Semarang yang sudah berada di bawah
pengaruh ISDV semakin jelas warna Marxismenya sehingga menyebabkan perpecahan
dalam tubuh SI. Pada tahun 1919 ISDV diubah menjadi Partai Komunis Hindia dan
selanjutnya pada bulan Desember 1920 menjadi Partai Komunis Indonesia.
Dengan demikian, Revolusi Prancis, Revolusi Amerika, dan Revolusi Rusia
berpengaruh terhadap munculnya pergerakan nasional Indonesia. Bedanya, jika
Revolusi Prancis dan Revolusi Amerika berpengaruh terhadap munculnya organisasi
pergerakan nasional yang berpaham nasional dan demokratis. Sebaliknya, Revolusi
Rusia berpengaruh terhadap munculnya organisasi pergerakan yang berpaham
komunis.
Komentar
Posting Komentar